Rabu, 20 April 2016

Tugas Softskill Bahasa Indonesia 2

Review Film Batman vs Superman (Pahlawan dengan Dewa)

Batman v Superman: Dawn of Justice, dirilis di bioskop-bioskop kesayangan kita. 


Walaupun banyak sekali komen-komen yang kurang menyenangkan (termasuk dari saya) mengenai trailer-trailer yang (sepertinya) memberikan terlalu banyak informasi, ternyata itu hanya sebagian kecil dari film. Ada banyak adegan-adegan keren yang memang seharusnya tidak masuk ke trailer, tapi trailer yang ada bukan apa-apa dibandingkan filmnya.
Plot dari BvS sebenarnya tidak terlalu rumit dan cenderung tipikal untuk plot pertarungan antara superhero, tetapi eksekusinya dilakukan dengan lumayan apik. Ada sedikit masalah di pacing filmnya yang terlalu lambat di awal, tapi itu bukan masalah yang terlalu besar.
Secara visual, film ini sangat Zack Snyder. Adegan-adegan aksi yang keren dan penggunaan slow-motion yang kelewat banyak pasti sudah menjadi hal yang wajib. Walaupun begitu, film ini sangat memanjakan mata. Pertarungan terakhir dengan Doomsday sangat asyik untuk disaksikan dari awal sampai akhir. Tetapi, adegan laga yang paling menonjol bagi saya adalah adegan pertarungan Batman mendekati akhir film, yang sepertinya mengambil banyak inspirasi dari game Arkham series. Koreografi pertarungan di sini sangat mengingatkan kita dengan film-film semacam The Raid dan Captain America: The Winter Soldier.
Dengan judul seperti Batman v Superman, pertarungan antara kedua superhero terhebat dunia ini pasti tak terelakkan. Buildupmenuju pertarungan besar antara The Last Son of Krypton vs The World’s Greatest Detective terasa lumayan natural, dengan menonjolkan perbedaan ideologi dan metode antara mereka. Adegan pertarungannya sendiri juga terasa sangat brutal.


Ben Affleck berhasil menghilangkan jokes mengenai Daredevil dengan penampilan apiknya sebagai Batman, walaupun persona Bruce Wayne-nya terlalu mirip Batman tanpa gaya playboy khas Bruce. Henry Cavill sebagai Superman terasa lebih natural dibandingkan penampilannya di Man of Steel, tetapi kebanyakan adegannya dengan Lois Lane (Amy Adams) sangat cheesy dan terkesan dipaksakan. Lois Lane di sini juga berhasil menjadi sosok yang mengganggu dan malah mempersulit masalah bagi pahlawan-pahlawan kita, tidak sama sekali seperti penampilannya yang sangat bagus di Man of Steel. Gal Gadot sebagai Wonder Woman/Diana Prince, dapat memaksimalkan screentime-nya dengan penampilannya sebagai wanita perayu yang mengingatkan saya dengan Catwoman dan persona petarungnya sebagai Wonder Woman. Pujian khusus harus diberikan kepada Jeremy Irons sebagai Alfred yang selalu membantu Bruce dengan setia dan menjadi salah satu sumber humor terbaik film ini.
Jesse Eisenberg sebagai Lex Luthor adalah salah satu bagian terbaik film ini. Walaupun karakter Luthor dibuat sedikit seperti Mark Zuckerberg dari The Social Network, kegilaan yang sedikit demi sedikit muncul dari watak periang Lex-lah yang membuat saya tertarik dengan karakternya. Seperti karakter heel yang baik di dunia wrestling, Lex Luthor ini adalah orang yang kita senang untuk membencinya.

Banyak komentar yang sering ditujukan kepada film-film DC karena tone-nya yang cenderung gelap. Kali ini, tone film memang sedikit lebih terang dibanding MoS, walaupun film ini masih film yang sangat serius. Pesan mengenai harapan dan optimisme juga dimunculkan, tetapi di sinilah masalahnya. Karakter Superman di sini cenderung sinis. Saya percaya, Superman adalah manifestasi dari potensi umat manusia, dan dia selalu melihat kebaikan dari semua orang. Ketika melihat bahkan Superman sudah mulai menjadi sinis, jujur saya merasa sedikit dikecewakan film ini. Sejatinya, Batman yang sinis, sedangkan Superman adalah seorang optimis. Ini yang membuat dinamik mereka berdua sangat menarik. Walaupun film ini juga mengusung harapan dan optimisme, pesan ini terasa berkontradiksi dengan sikap protagonisnya yang cenderung sinis, sehingga ini terasa sedikit aneh bagi saya.
Film ini juga masih memiliki masalah dari segi penghancuran kota, walaupun kehancuran di sini tidak ada apa-apanya dibandingkan Metropolis yang hampir seluruhnya rata dengan tanah di Man of Steel. Sepertinya Snyder dan kru film ini juga lebih hati-hati dalam melakukan penghancuran kota agar tidak dicerca fans lagi. Sementara Superman mulai lebih hati-hati dalam mengendalikan kekuatannya, Batman justru sebaliknya. Walaupun Batman-Batman di film sebelumnya pernah membunuh orang, Batman versi Affleck jauh lebih brutal dibandingkan Batman manapun yang pernah muncul di layar lebar. Batman yang ini juga terlihat sangat jelas tidak segan menggunakan senjata api untuk membunuh lawannya. Walaupun ini sedikit mengurangi kenikmatan saya menonton film ini,

Nama ; Sandy Rusdian
Kelas : 3KB06

Selasa, 19 April 2016

Tugas Softskill Bahasa Indonesia 2

BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam bidang mikrokontroller sudah mengalamkemajuan yang semakin pesat dan sudah banyakdimanfaatkan untuk membantu di kehidupan  manusia . Perkembangan ini ditandai dengan semakin banyaknya alat-alat yang di ciptakan dengan teknologi digital berbasis mikrokontroller untuk mengganti kinerja dari peralatan yang berbasis manual. Hal ini dikarenakan penggunaan mikrokontroller dapat mempermudah pekerjaan dan memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi.
      Portal biasanya digerakkan secara manual oleh manusia.Tetapi seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi,hal itu sudah tidak efektif lagi ,pekerjaan ini telah dapat dilakukan secara digital dengan menggunakan mikrokontroller.sistem mikrokontroller memiliki ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan manusia. Ada beberapa macam jenis variasi dari portal otomatis yang sudah dibuat,yang membedakan nya adalah dibagian input untuk membuka portalnya itu sendiri.Portal yang akan dibuat oleh penulis hanya dengan system otomatis portal,dimana Inputan berasal dari sensor ultrasonic(sensor ping) yang langsung terhubung dengan mikrokontroller nya.Sehingga portal otomatis yang akan dibuat hanya untuk membantu pekerjaan dari petugas parkiran agar tidak perlu menaikan dan menurunkan portal setiap mobil yang akan masuk dan akan keluar.
      Prototype portal otomatis ini menggunakan sensor untuk menjalankan fungsinya dengan baik , sensor yang dipakai adalah sensor Ultrasonik (sensor ping)yang digunakan sebagai sensor untuk untuk mendeteksi jarak dan keberadaan benda yang akan melint.as melewati portal.Output dari sensor Ultrasonik(sensor ping) inilah yang akan digunakan sebagai masukkan ke mikrokontroller untuk menggerakan motor nya yang terhubung dengan portalnya sehingga portal bisa membuka dan menutup dengan otomatis.

Paragraf ini menunjukan paragraf induktif